Kamis, 23 September 2010

wafat sang rasul

 Detik-detik Rasulullah saw menjelang sakratul maut
>
> Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat
> Kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,
burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
>
> Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai
umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah
dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku
dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga
bersama aku."
>
> Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang
teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
>
> "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat
kala itu.
> Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap
Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
>
> Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah
masih tertutup.
> Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan
keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas
tidurnya.
>
> Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam.
> "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
>
> Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah
aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah
lembut.
>
> Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan.
> Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah,
dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia.
> Dialah malaikat maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
> tangisnya.
>
> Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia ini.
>
> "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu," kata jibril.
>
> Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?">
>
> "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada di dalamnya," kata Jibril.
>
> Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan
ruh
> Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
>
> Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu. " Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril.
>
> Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak
tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
>
> "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat
dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
>
> Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
>
> "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
>
> Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita
mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim
'alaihi
>
>
> Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2
muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya,
seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain
daripada itu hanyalah fana belaka.
>
>